Jumat 27 Agustus 2010 HARI KE-27: KHOTBAH JUMAT Fokus Doa Jumat Setiap hari Jumat, tepatnya sebelum tengah hari, ratusan juta umat Muslim berjalan ke masjid-masjid di seluruh dunia. Pada beberapa tempat, hampir seluruh penduduk pria berjalan menuju ke masjid untuk mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh seorang pemimpin agama.
Biayaavtur memakan porsi 30-40 persen dari total biaya operasi maskapai. Kemudian biaya pemeliharaan dan overhaul mencaplok porsi 20-25 persen dari BOP. Adapun sewa pesawat memakan porsi 17-20 persen dan sisanya lain-lain. Baca juga: Kemenhub Sampaikan Duka Cita dan Akan Investigasi 7 hari lalu. Odong-odong Tertabrak Kereta, Kemenhub
RENUNGANSYUKUR 40 HARI (Lukas 8:22-25) Seorang ibu sangat berduka karena kematian anak lelaki satu - satunya. Ia menangis sepanjang waktu meratapi nasibnya. Ia pergi kepada orang tua yang bijak di kampungnya dan berkata: "aku tidak akan pernah bahagia kecuali anakku hidup kembali".
Bacaan: Pengkhotbah 7:1-14. Kesedihan bisa berguna bagi jiwa kita. Kesedihan dapat menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri kita dan Allah. Kesedihan membuat kita jujur menilai diri sendiri, juga membuat kita merenungkan motivasi, maksud, dan keinginan kita.
Kata"berdukacita" yang dimaksud adalah perasaan duka dan sedih yang mendalam karena mengalami perlakuan tidak adil, bukan karena kesalahan atau kebodohan sendiri. Dalam situasi dukacita seperti ini, Yesus berkata bahwa mereka kelak akan menerima penghiburan yang sejati dari Bapa di sorga. Sebagai murid Kristus, mungkin ada di antara kita
14BMRz. Jari Kelingking untuk Tuhan — Sejarah pernah mencatat satu mahluk hidup yang sangat-sangat singkat hidupnya di dunia ini. Coba, ada yang bisa nebak gak berapa lama mahluk hidup itu hidup selama di dunia ini? Hanya 3 jam saja! Lahir, tumbuh menjadi dewasa, kawin-mawin, bertelur, mati semuanya hanya 3 jam saja. Nama mahluk hidup itu adalah Tissa Flowers. Serangga yang pernah ada, tapi katanya sih sekarang sudah punah. Mereka hanya lahir - hidup - kawin - bertelur - mati tiga tahun kemudian telur-telur itu menetas dan siklusnya kembali lagi seperti itu, hanya 3 jam saja hidup di dunia ini lalu mati. Saya menceritakan kisah nyata itu karena membayangkan apa jadinya kalau hal seperti itu terjadi dalam siklus hidup manusia juga? Hanya 3 jam hidup lalu pergi meninggalkan kita. Melihat orang-orang yang ada di sekitar kita meninggalkan dunia ini dan pergi tak kembali. Dalam berbagai hasil survey, di tinggalkan meninggal dunia orang yang ada di dekat kehidupan kita menempati urutan paling pertama dari penyebab seseorang stress berat! Dan seseorang kalau sedang mengalami streess berat, dia akan cenderung untuk mempertanyakan segala sesuatunya, termasuk mempertanyakan rencana Tuhan. Dalam kebaktian syukur waktu itu, ada seorang anak dari Opung yang meninggal mengatakan "Iya benar, saya selalu bertanya kenapa Mama harus pergi sebelum saya menikah." Itulah sebabnya mengapa dalam ayat Alkitab yang kita baca hari ini, dibedakan antara a. Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah b. Dukacita yang dari dunia. II Korintus 710 Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. Di mana bedanya? Dukacita dari Allah Salah satu perbedaan yang sangat mencolok ya yang sekarang ini Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah adalah saat di mana ada satu titik di mana kita mungkin marah, gak terima, menggugat dan tentu saja sedih. Akan tetapi, berakhir pada sebuah ucapan syukur. Saya mau share tentang 40 hari lebih yang lalu, sewaktu opung boru meninggal dunia, saya hadir dalam kebaktian pelepasan dan mengatakan kepada keluarga 'Kalau keluarga berkenan agar kami yang dari GKP Galilea Tanjung Priok ini pun turut serta dalam menguatkan keluarga, kapan saja keluarga ingin mengadakan kebaktian penghiburan, kami dari GKP siap". Opung Boru bukan anggota jemaat GKP Tanjung Priok, jadi yang melayani Kebaktian Pemakaman memang dari jemaat asal Opung Boru Saya nunggu-nunggu dari sejak hari itu, kapan nih keluarga mengundang kami untuk juga ikut ambil bagian dalam menghibur dan menguatkan keluarga Karena anak dari Opung Boru adalah anggota jemaat GKP Galilea juga. Seminggu, dua minggu, tiga minggu. Dan ternyata hari inilah waktunya. Dan bukan lagi kebaktian penghiburan, melainkan kebaktian ucap syukur. Kita bersyukur untuk hari ini kita mengadakan bukan lagi kebaktian penghiburan tetapi kebaktian ucap syukur. Endingnya adalah suatu pengucapan syukur atas pulangnya Opung 40 hari lebih yang lalu, ke rumah Bapa di Sorga. Itu artinya ada pendamaian dalam diri ketika menyadari bahwa situasi kehilangan yang kita rasakan hari ini adalah yang terbaik untuk mama dan kita. Dan itu proses yang utuh waktu untuk akhirnya bisa berdamai dengan rencana Tuhan dan mengucap syukur lalu melanjutkan kehidupan dengan tenang dan sejahtera. Dukacita dari Dunia Bedanya dengan dukacita yang datang dari dunia ini adalah prosesnya tiada pernah berakhir. - Kesedihan yang tiada pernah berakhir. - Ratapan yang tiada pernah berakhir. - Gugatan kemarahan yang tiada pernah berakhir. Hingga dikatakan dalam ayat kita hari ini, berujung pada 'kematian'. Dia hidup tapi sebenarnya dia sedang melanjutkan hidupnya dengan 'mati'. Tak ada semangat, tak ada daya untuk menatap masa depan, tampak rusak segalanya. Hari ini adalah hari pendamaian antara diri kita yang ditinggalkan oleh Opung Boru dengan Tuhan sang empunya Rencana itu. Mari kita bersyukur karena kita tidak lagi dalam situasi duka. Duka yang dari dunia itu tidak lagi menguasai kehidupan kita. Tetapi hari ini kita mau bersukacita karena rencana Tuhan yang tlah memanggil pulang Mama ke surga. Tugas kita adalah melanjutkan apa yang menjadi perjuangan Mama, apa yang diimpikan Mama tentang kita, tentang keluarga. tentang masa depan. Dalam share, keluarga mengatakan bahwa Mama selalu berpesan bahwa anak mantu cucu nya itu harus selalu hidup rukun, jadikan rumah sebagai rumah kedamaian di tengah keluarga besar kita. Mereka yang hidup di dalam Tuhan tidak pernah bertemu satu sama lain untuk yang terakhir kalinya. Pepatah Jerman
Filipi 3 - Pernahkah kita kehilangan orang yang sangat kita kasihi? Bagaimana rasanya? Atau mungkin saat ini kita sedang merasakannya. Dihibur orang, pasti. Banyak orang datang menghibur dan menguatkan, tapi yang dihibur merasa seperti hampa semuanya. Toh tidak mampu mengembalikan apa yang sudah terjadi. Berdukacita? Pasti! Karena kita manusia daging. Dukacita adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh semua manusia, termasuk orang percaya. Terutama kehilangan orang yang sangat kita kasihi di saat kita "tidak siap." Orang Kristen harus tetap siap. Renungan Tetapi, sebagai orang percaya, kita harus tetap bersukacita meski sedang berduka. Saat kita berduka adalah saat kita membuktikan ucapan penghiburan kita kepada orang yang berduka. Seperti yang menjadi bagian atau giliran yang sedang kita rasakan. Itulah waktu kita dan itulah waktu teman, saudara kita, atau orang lain. Maka kita harus membuktikan khotbah dan penghiburan bahwa kita harus bersukacita dalam segala hal, kepada dunia. Baik suka maupun duka. Baik senang, maupun tegang, baik bahagia, maupun dalam bahaya, tetap bersukacita. Kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus menasihati agar mereka bersukacita senantiasa di dalam firman Tuhan hari ini. "Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan." ay 1a_ Paulus menulis nesihat ini, berdasarkan pengalaman hidupnya. Bukan "mengarang bebas," sekedar kata-kata penghiburan. Dia juga sedang sangat menderita. Bayangkan, dia tidak bersalah, tapi dia dipenjara bertahun-tahun. Belum lagi penindasan karena iri, dengki dan intimidaai kepadanya, baik di dalam maupun di luar penjara. Paulus juga dikejar-kejar untuk dibunuh. Dalam perjalanan pelayarannya, Paulus beberapa kali hampir tenggelam. Kapalnya kandas dll. Pergumulan dan dukacita Epafroditus lain lagi. Dia harus menantang dan melewati "bayang maut" yang mengancam nyawanya. Hal yang sama juga berlaku atas kehidupan kita. Kita memiliki gumul juang hidup yang berbeda-beda. Berat ringannya sebenarnya sama. Tapi Tuhan mengizinkan semua terjadi sebatas kemampuan kita. Kalau kita mengalami pergumulan yang sepertinya jauh lebih berat dari orang lain, itu artinya kita adalah orang pilihan, istimewa dan kesayangan Allah. Jadi, dukacita jangan menguasai sukacita. Sukacitalah yang harus berkuasa atas dukacita jika kita bersyukur karena kita diberkarti, itu tanpa makna. Tapi jika kita terus dan tetap bersyukur meski berat beban menekan, dukacita menerjang, badai menderu, itu berarti sukacita kita menjadi penuh dan sempurna. Seperti yang terjadi pada Paulus dan Epafroditus dan banyak hamba Tuhan lainnya. Ingatlah bahwa Tuhan selalu memiliki rencana yang indah mulia, dahsyat dan luar biasa di balik alam kelam yang menimpa hidup kita. Pasti akan ada pelangi kasih yang tiada tara, Tuhan sediakan bagi kita. Asal kita tetap dalam identitas Kekristenan kita, yakni BERSUKACITA. Sukacita kita adalah "Sukacita Dalam Tuhan." Bukan sukacita atas kesengsaraan orang lain. Tapi sukacita kita adalah sukacita yang menyukacitakan Tuhan dan menguatkan serta membahagiakan sesama dalam situasi dan kondisi apapun juga. Tuhan tidak mengajarkan bersukacita hanya saat dapat berkat, senang, tenang dan bahagia. Tapi dalam segala hal. Baik dan tidak baik keadaannya, kita harus bersukacita. Memang, bersukacita dalam penderitaan, tidak segampang mengucapkan dan mengharapkannya. Tapi pasti akan seindah pelangi jika kita tetap bersukacita walau berdukacita, menderita dan bergumul dalam hidup ini. Karena itu, sebagai keluarga dan umat Kristen, jaga jati diri dan _life style_ kita yakni bersukacita dalam segala hal. Bukan bersukacita di atas penderitaan orang lain. Jika kita selalu hidup dalam sukacita dan membawa sukacita bagi orang lain, maka Tuhan Yesus akan bersukacita atas sukacita kita. Tuhan pasti akan menolong, memberkati dan menyertai hidup kita secara luar biasa dalam segala hal dan membuat segala sesuatu, indah pada waktunya. Amin DOA Tuhan Yesus, teguhkan kami agar selalu hidup sukacita meski berduka dan bergumul berat. Berkatilah kami agar jadi berkat bagi semua orang. Amin
Penghiburan Kepada keluarga Bp. Yolandita Sembiring. Senin 22 Juni 2015. GBKP. Pekanbaru. Kejadian 25 7- 11 BERKAT ALLAH DALAM DUKA CITA Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus … Kematian bukanlah peristiwa yang baru dan asing bagi kita. Bagi banyak orang, kematian adalah sesuatu yang menakutkan dan karena itu, segala usaha dan upaya manusia berusaha menghindari apa yang disebut kematian. Tetapi kita mengetahui, kematian tidaklah memandang umur dan keadaan manusia. Kematian bisa saja datang kapan saja dan dalam situasi hidup yang bagaimanapun dan sangat luarbiasa rancangan Allah terhadap manusia karena manusia tidak dapat dengan persis mengetahui kapan kematian terjadi artinya hanya Tuhanlah yang mengetahui kapan ajal seseorang tiba. Oleh itu, sewajarnyalah manusia mengucap syukur atas umur panjang yang Tuhan berikan, akan tetapi walau demikian maka setua apapun seseorang, apabila ia meninggal, keluarga yang ditinggalkan pastilah akan berduka, akan ada ratap tangis dan rasa sedih karena ditinggalkan untuk selamanya. Kenapakah perasaan kehilangan itu mendatangkan duka ? Karena memori kita mengundang untuk mengingat seluruh kehidupan orang yang meningglkan kita, memori kita mengenang segala perbuatan – perbuatannya semasa hidupnya, pada saat itulah kesedihan itu datang, terlebih – lebih jika yang meninggal tersebut adalah orang yang sangat dekat dengan kita, dimana kita terikat akan hubungan emotional yang sangat dekat. Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus … Dalam bacaan kita Kej 25 7 – 11 dikisahkan tentang kematian Abraham, sedikit yang saya ingin sampaikan tentang Abraham Ia dikenal sebagai bapa dari segala orang percaya, bahkan disebut dengan bapak segala orang beriman. Meninggal ketika rambutnya telah memutih dan pada umur yang sangat tua yaitu pada umur 175 thn, yang didahului oleh istrinya Sara pada umur 127 Thn. Namun Kendatipun peristiwa kematian Abraham dalam usia yang sangat tua, peristiwa kematiannya tetap membuat anaknya, sanak saudaranya dan para sahabatnya merasa kehilangan, karena Abraham memiliki sosok atau pribadi dan jati diri yang teguh dalam iman, baik dan setia kepada Allah. Mengingat dan mengenang perbuatan Abraham yang demikian, anaknya, sanak saudaranya dan para sahabatnya pastilah berduka dan kendatipun kisah ini tidak tertulis dalam Alkitab, tapi kita tau, bahwa mereka sama seperti kita yang adalah manusia biasa, mereka juga pasti berdukacita. Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus … Jika saat ini, di tengah ibadah penghiburan ini, kita teringat akan sosok almarhum dan membuat kita bersedih hal itu sangat wajar namun demikian kita juga harus mengingat khabar suka cita yang menyapa kita bahwa orang yang telah mati akan berada di sisi Tuhan kita, terlebih jika kematian itu adalah kematian orang yang percaya kepada Kristus dan kabar suka cita yang dikatakan bacaan kita dalam Kej 25 7 – 11 bahwa Allah memberkati seluruh keturunan Abraham. Alkitab berkata, bahwa setelah Abraham meninggal, Tuhan Allah tetap memberkati Ishak. Seorang anak yang taat kepada ayahnya dan sangat mengashi ayahnya dan ternyata Ishak tidak sangat terlarut dalam duka yang berkepanjangan, oleh karena ia tau Allah mengasihi ayahnya Abraham. Tuhan Allah, memberkati Ishak sepeninggal Abraham. Oleh itu dalam dukacita saat inipun, Firman Tuhan ini yang kita telah baca kita aminkan karena firman ini juga berlaku dalam hidup kita dan juga didalam kehidupan keluarga Bp. Yolandita. Amin … ? Saudara ang dikasihi Tuhan Yesus Kristus … Sebagai penutup dalam renungan ini saya ingin menyampaikan kepada kita sekalian, Sekalipun kita harus merasa sangat kehilangan atas meninggalnya orang tua atau siapa saja dari keluarga yang sangat kita sayangi. Ada satu hal yang harus kita ingat bahwa kematian bukanlah akhir dari kasih karunia Tuhan. Jika orang tua yang kita kasihi telah meninggal dalam usia yang sudah lanjut maka hal itu adalah juga kasih karunia Tuhan, dan jikalaupun dia telah pergi untuk selamanya dan meninggalkan kita, maka itu bukanlah akhir dari berkat Tuhan. Tuhan yang maha baik, adalah Tuhan yang penuh dengan kasih setia dan kasihNya tidak pernah berobah, dahulu, kini dan untuk selamanya, kasih itulah pula yang akan menjadi kekuatan dan pengharapan bagi keluarga untuk meneruskan perjalan hidup ini ke depan. Diberkatilah keluarga yang berduka oleh Tuhan kita. Amin Pekanbaru 22 Juni 2015.
Renungan Harian Misioner Jumat, 22 Mei 2020 Hari Biasa Pekan Paskah VI P. S. Rita dr Cascia Kis. 189-18; Mzm. 472-3,4-5,6-7; Yoh. 1620-23a 1620 “Aku berkata kepadamu Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” 1621 “Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.” 1622 “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” 1623 “Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.” Dalam amanat perpisahan dengan para murid-Nya, Yesus memberi tahu terlebih dahulu bahwa mereka akan mengalami dukacita. Beberapa hal yang menjadi alasan adalah sebagai berikut Pertama, mereka akan kehilangan sebuah figur yang sudah dekat, tidak hanya secara emosional tetapi juga spiritual. Kedekatan yang sudah sedemikian dalam tentu akan meninggalkan “rongga” di dalam dada para murid. Bagi yang telah mengalami ditinggalkan oleh orang tua, pasangan hidup, atau anak, tentu bisa merasakan sendiri apa arti sebuah kehilangan. Ada sesuatu yang “hilang” dalam hidup ini. Kedua, sikap dunia yang anti Kristus, akan membuat para murid-Nya menangis dan meratap. Dunia yang pada waktu itu diwakili oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat jutru akan bergembira. Bagi mereka, dengan kematian Yesus, maka para murid-Nya tidak akan lagi menjadi gangguan. Bisa jadi mereka berkata dalam hati “Kita telah menyingkirkan pemimpin mereka, dan tidak ada lagi satu kelompok orang yang menentang kita. Kita aman.” Ketiga, dukacita para murid menjadi semakin dalam karena apa yang mereka harapkan tidak menjadi kenyataan. Kekecewaan inilah yang di kemudian hari terbukti pada diri kedua murid yang berjalan pulang menuju Emaus, seperti terungkap dalam kata-kata ini “Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” Luk. 24 19-21. Kematian Yesus di kayu salib benar-benar menjadi tragedi bagi mereka. Tiga hari lamanya mereka berduka. Tetapi dukacita berubah seketika menjadi sukacita tatkala Yesus bangkit dari alam maut. Kebangkitan mengubah segalanya. Salib bukan lagi tragedi melainkan kemenangan. Bagi Paulus, salib justru adalah “kemuliannya” Gal. 614. Wejangan Yesus kiranya menjadi kekuatan spiritual hidup ini, terlebih ketika kita mengalami berbagai macam pencobaan dan penderitaan di tengah pandemi yang berkepanjangan ini. Inilah saatnya kita membaca Kitab Suci yang selalu mengingatkan kita untuk percaya bahwa Dia tetap hadir dan menyertai perjalanan hidup umat-Nya. Inilah saatnya kita memohon kasih karunia-Nya agar kita tetap kuat dalam bertahan. Paulus sangat yakin bahwa kekuatan yang berlimpah-limpah dalam dirinya bukan berasal dari manusia, melainkan dari Allah “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa” 2 Kor. 48-9. Hanya kasih karunia Allah yang dapat membuat kita tetap bersukacita saat ini. Bersukacita dalam penderitaan bukanlah sesuatu yang mustahil. Paulus menyaksikan sendiri bagaimana kasih karunia Allah itu telah diberikan kepada jemaat di Makedonia “Mereka dicobai dengan berat dalam pelbagai macam penderitaan, tetapi sukacita mereka meluap” 2 Kor. 12. Akhirnya marilah kita percaya akan firman ini, bahwa penderitaan yang kita alami tidaklah sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima. RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor DOA PERSEMBAHAN HARIAN Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu. Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini Ujud Evangelisasi Kesetiaan para diakon Semoga para diakon, dengan kesetiaannya pada pelayanan Sabda Tuhan dan orang miskin, bisa menjadi simbol Gereja yang inspiratif dan menggugah semangat umat. Kami mohon… Ujud Gereja Indonesia Maria Bunda Keteguhan Hati Semoga di tengah kebingungan dan ketidakpastian, umat Katolik mau meneladan Bunda Maria sebagai Bunda Keteguhan Hati. Kami mohon… Ujud Khusus Bunda Maria menyertai kami, untuk dipersatukan dengan Sang Putera dalam mengupayakan keadilan bagi seluruh bangsa kami. Kami mohon… Amin
Le Prophète ﷺ a dit Le temps viendra pour les hommes où quelqu’un déambulera avec des pièces d’or afin de faire l’aumône sans trouver personne pour l’accepter. On apercevra un homme solitaire suivi par quarante femmes qui se réfugieront auprès de lui, en raison de l’absence d’hommes et de la profusion de femmes. » [Sahih al-Bukhari 1414] قال رسول الله ﷺ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوفُ الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَةِ مِنَ الذَّهَبِ ثُمَّ لاَ يَجِدُ أَحَدًا يَأْخُذُهَا مِنْهُ، وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أَرْبَعُونَ امْرَأَةً، يَلُذْنَ بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجَالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ ». صحيح البخاري ١٤١٤
khotbah 40 hari duka cita